Untuk membangun sebuah bangsa yang beradab dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Banyak sekali contoh hancurnya perusahaan, lembaga pemerintah, pendidikan dan lain-lain yang disebabkan rendahnya kualitas SDM. Artinya, memiliki attitude yang masih rendah(kurang).
Kasus-kasus KKN atau berbagai penyimpangan yang terjadi di masyarakat, adalah sebuah contoh jelas akan rendahnya kualitas attitude sumber daya manusia. Dan, jika ditengok secara lebih teliti, rendahnya attitude ini tidak saja terjadi dalam bidang pemerintahan dan bisnis, bidang pendidikan, yang memegang peranan penting dalam mengembangkan dan menjaga attitude generasi bangsa, juga tidak terhindar dari “penyakit” ini.
Umumnya yang paling banyak terjadi, penyimpangan-penyimpangan yang disebabkan oleh rendahnya attitude ini bersumber dari masalah materi. Sehingga hampir semua bidang profesi di masyarakat memiliki ukuran kesuksesan yang identik, yaitu seberapa besar materi yang berhasil dikumpulkan, atau seberapa tinggi kedudukan yang berhasil diraih.
Sehingga terjadilah ketidakseimbangan ekosistem sosial ekonomi dalam kehidupan. Karena beragam profesi memiliki tujuan yang sama. Akhirnya, peran-peran yang mestinya berada pada batasan tertentu, kini tak beraturan lagi. Yang akhirnya, tugas yang sebenarnya menjadi tidak optimal dan menjadi instan, jauh dari yang diharapkan.
Tulisan ini tidak bertujuan untuk mengulas seberapa jauh penyimpangan-penyimpanan yang telah terjadi di masyarakat, tetapi menyatakan bahwa rendahnya attitude, dapat merusak sistem kewajaran hidup bermasyarakat, sirkulasi kehidupan menjadi tidak seimbang. Yang semula masuk akal menjadi aneh, dan yang semula nista menjadi wajar-wajar saja.
Seperti contoh, orang yang kaya memang sewajarnya adalah pengusaha, sehingga kekayaannya bisa digunakan untuk menciptakan lapangan pekerjaan atau investasi mengembangkan potensi sumber daya alam Indonesia. Tapi yang terjadi, kekayaan ternyata banyak terkumpul juga di pejabat atau pengacara. Akhirnya larinya paling banyak ya beli mobil mewah atau rumah megah. Karena memang tidak ada kemampuan di bidang bisnis. Akhirnya tercipta orang-orang kaya yang tidak bisa mengkayakan orang lain.
Bahkan paradigma kesuksesan yang telah berkembang di masyarakat (juga pendidikan) adalah bagaimana bisa mencapai kedudukan dan materi di puncak. Contoh kecilnya adalah mendapatkan juara (rangking) pertama. Tapi sangat tidak mungkin karena yang bisa mencapai hanya bagi mereka yang cerdas, dan tidak mungkin semua siswa bisa berkesempatan memperolehnya.
Itu semua sebenarnya tidak pada tempatnya. Segala hal yang tidak memiliki keadilan bagi semua pihak untuk berprestasi adalah ketidakwajaran. Seorang gubernur boleh diberikan piala karena kepemimpinannya, tapi tukang koran juga boleh jika dia berhasil melayani pembaca di pagi hari. Yang cerdas boleh mendapat penghargaan karena prestasinya, tapi yang kurang mampu juga butuh perhatian jika memiliki semangat tinggi. Seorang pengusaha boleh terhormat karena bisa mengentas kemiskinan, tapi si pemulung sekali waktu juga perlu dihormati karena mengurangi limbah sampah.
Jika segala posisi di masyarakat kita hargai sebagai suatu peran yang memang mutlak dibutuhkan, tentu kita tidak berbondong-bondong ingin menjadi orang kaya semua. Dan itu semua harus dibangun dengan attitude. Karena attitude bisa dimiliki dan diraih oleh semua orang, tidak pandang status sosial dan ekonomi. Jika prestasi seseorang dinilai dengan seberapa besar attitudenya, maka saya yakin tidak saja bangsa Indonesia akan cepat keluar dari krisis, tapi juga dapat melesat jauh melebihi negara-negara berkembang lainnya.
Attitude pemimpin adalah menjaga dan mencintai rakyat. Attitude pengusaha dan ekonom adalah menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Attitude pendidik adalah menciptakan generasi berkualitas. Attitude teknolog(krat) adalah menciptakan teknologi yang bermanfaat. Attitude pelajar adalah menemukan potensi diri dan menyaring ilmu pengetahuan seoptimal mungkin (bukan harus menjadi ranking). Attitude pejabat adalah mengemban amanah rakyat sebaik-baiknya. Dan attitude karyawan adalah bekerja sebaik mungkin untuk pengembangan perusahaannya.
Jika kombinasi attittude ini digabung, Insya Allah akan menciptakan prestasi komulatif yang luar biasa. 1000%.
Maka dapat disimpulkan bahwa ATTITUDE itu sangatlah penting, tidak hanya dalam satu aspek saja tetapi dalam segala aspek kehidupan.